Quantcast
Channel: International Relations BINUS University
Viewing all 428 articles
Browse latest View live

Mengenalkan Mahasiswa Kepada Media: Kunjungan ke CNN Indonesia

$
0
0

Pada Jumat, 12 Januari 2018, beberapa mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara dari streaming Media, International Organization and Global Governance melakukan study visit ke kantor pusat CNN Indonesia yang terletak di Jl. Kapten Tendean, Jakarta Selatan. Study visit ini dilakukan dalam rangka mencari gambaran yang lebih konkret mengenai salah satu topik yang termuat dalam mata kuliah International Communication and Multiculturalism, yakni topik “The Role of Global Media Outlets (1): TV Channels (CNN, MTV, Aljazeera)“. Pada kunjungan selama dua jam lebih ini, para mahasiswa semester tiga tersebut berkesempatan berinteraksi dengan stasiun CNN TV. Sedianya kunjungan juga menargetkan observasi terhadap CNN News cetak, namun karena adanya hambatan dari beberapa faktor membuat sejumlah rencana awal bergeser.

Di CNN Indonesia yang berada dalam komplek Gedung Transmedia dan Bank Mega tersebut, para mahasiswa yang didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut, yakni Aditya Permana, diterima oleh bagian Public Relations CNN Indonesia, Mbak Dinda dan Mas Dicky, dengan ditemani oleh dua mahasiswa magang Binus dari jurusan Marketing Communication. Kedua PR tersebut bergantian memberikan informasi mengenai cara kerja CNN Indonesia yang diklaim berbeda dengan media-media lain sejenis, terutama dalam konteks netralitas dan political partisanship. CNN Indonesia memiliki metode pengolahan informasi dan berita yang lebih ketat dan berliku dibanding dengan kompetitor-kompetitornya. Salah satunya dengan adanya standard & procedures (S&P) yang menjadi “kitab suci” bagi operasi check and recheck berita. Melalui standar ini, hanya berita yang dianggap lolos seleksi ketat yang dapat ditayangkan. Salah satu standar seleksi ini adalah pertimbangan ketenteraman publik. Jika dirasa sebuah berita akan membuat publik bergejolak, berita ini akan batal ditayangkan. Menurut penjelasan redaksi CNN TV, melalui S&P tersebut CNN juga berusaha menjaga netralitas di tengah gempuran politik dan pertimbangan bisnis yang menjadi motivasi Bapak Chairul Tanjung, taipan media yang menghadirkan operasi CNN di Indonesia.

Secara investasi dan teknologi, CNN Indonesia diklaim bahkan melebihi kantor pusat CNN di Atlanta. Sebagai gambaran, untuk membangun Studio 2 CNN saja, investasi yang digelontorkan mencapai nilai $15 juta. Lebih dari itu, menurut keterangan mbak Dinda dan mas Dicky, peralatan yang digunakan di studio CNN Indonesia pun diklaim lebih advanced dan lengkap bahkan jika dibandingkan dengan studio di Atlanta sendiri.

Para mahasiswa yang berjumlah 20 orang ini berkesempatan mengintip panel operasi studio, sekaligus menyaksikan sendiri Studio 2 CNN tersebut. Pada kunjungan di Studio 2 ini para mahasiswa berkesempatan mengalami momen langka yang belum tentu dapat diperoleh oleh study visit lain, yakni berfoto dengan Hera F. Haryn, presenter segmen CNN Business, di sela-sela beberapa menit commercial break. Seusai momen singkat yang langka tersebut para mahasiswa kemudian berpindah ke Studio 3 yang lebih kecil, yang biasa digunakan oleh jurnalis senior pindahan dari RCTI dan MetroTV, Desi Anwar, dalam acara INSIGHT with Desi Anwar, untuk berdiskusi secara lebih akrab dengan Mbak Dinda dan Mas Dicky. Dalam diskusi ini mahasiswa mendalami kemungkinan-kemungkinan untuk intership di kantor CNN, karier di dunia jurnalistik, mendalami peran media dalam isu-isu internasional, analisis framing, dan idealisme jurnalistik dari institusi media yang sedemikian berpengaruh sehingga dalam studi Hubungan Internasional bahkan dikenal frasa “CNN Effect“, yakni kemampuan media global dalam memengaruhi kebijakan luar negeri dan domestik sebagai pilar keempat demokrasi.


Internship di Kementerian Pertahanan RI: Sesi Sharing

$
0
0

Pada Senin, 5 Maret 2018, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara (HI Binus) melakukan acara sharing magang 3+1 pertama. Acara ini mengundang para mahasiswa yang pernah melakukan magang 3+1 di Kementerian Pertahanan RI (Kemhan) dengan tujuan berbagi pengalaman mereka kepada para mahasiswa tahun kedua yang akan melakukan magang 3+1 pada semester ganjil mendatang.

Acara dimulai pada pukul 17:20 di ruang C.204 Kampus Kijang Binus. Sesi sharing pertama disampaikan oleh tiga mahasiswa yang magang di Direktorat Kerja Sama Internasional (Dit Kersin) Kemhan pada semester ganjil 2017-2018, yaitu Agnes Marchella, Laras Putri Pamungkas, dan Siti Annisa Arif. Dit Kersin adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (Ditjen Strahan) Kemhan yang mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi teknis, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kebijakan kerja sama internasional. Dit Kersin menyelenggarakan fungsi terkait hubungan bilateral, multilateral, kerja sama pendidikan dan materiil, atase pertahanan, serta protokoler dan perizinan.

Agnes, Annisa, dan Laras berbagi terkait proses melamar magang 3+1 di Dit Kersin, deskripsi kerja magang di Dit Kersin, serta persyaratan magang di sana. Menurut mereka, persyaratan melamar magang di Dit Kersin antara lain surat keterangan mahasiswa aktif, surat keterangan magang, transkrip nilai dengan IPK minimal 3,00, dan proposal magang. Mereka juga berbagi tentang pengalaman kerja magang, seperti ketika mereka membantu pelaksanaan Indonesia-United States Security Dialogue (IUSSD), berkunjung ke kapal HMAS Adelaide (L01) milik angkatan laut Australia yang sedang port visit, berkunjung ke Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI), membantu pelaksanaan seminar “Maritime Defense in the Littoral Environment”, serta membantu pelaksanaan Indonesia-France Defense Dialogue (IFDD).

Pada pukul 17:45, acara dilanjutkan sesi sharing kedua yang disampaikan oleh seorang mahasiswa yang magang di Direktorat Analisa Strategis (Dit Anstra) Kemhan pada semester yang sama, yaitu Anastasia Febiola Sumarauw. Seperti halnya Dit Kersin, Dit Anstra adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Ditjen Strahan Kemhan, namun dengan tugas yang berbeda, yaitu merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi teknis, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis strategis. Dit Anstra menyelenggarakan fungsi terkait analisis strategis dalam negeri, Asia Pasifik, Amerika, Eropa, Afrika, organisasi internasional, dan isu global.

Anastasia juga berbagi terkait proses melamar magang 3+1 di Dit Anstra, deskripsi kerja magang di Dit Anstra, serta persyaratan magang di sana. Menurut Anastasia, persyaratan melamar magang di Dit Anstra antara lain surat keterangan mahasiswa aktif, surat keterangan magang, curriculum vitae (CV), fotokopi transkrip nilai, contoh esai, serta surat rekomendasi dan tulisan rencana masa depan yang sifatnya opsional.

Untuk kerja magang di Dit Anstra, dibutuhkan kefasihan berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan, pemikiran analitis, kedisiplinan, ketangkasan, ketepatan waktu, orientasi kerja tim, orientasi proses, tujuan, kemampuan beradaptasi, pembelajaran berkelanjutan, dan passion menulis. Kerja magang di Dit Anstra mencakup pembuatan berbagai laporan, antara lain laporan harian, laporan mingguan, laporan menonjol, dan laporan atensi; penulisan buku kajian melalui penelitian lapangan dan focus group discussion (FGD); serta peningkatan kompetensi analisis melalui partisipasi dalam seminar dan kegiatan lainnya.

Kuliah Tamu dari Duta Besar Iran: ‘Iran at the Glance: Politic, Economy and Culture’

$
0
0

Pada hari Selasa, 13 Maret 2018, Universitas Bina Nusantara Jakarta Prodi Hubungan Internasional mengadakan kuliah tamu bertema  “Iran at the Glance: Politic, Economy and Culture”. Hadir pada kesempatan tersebut Duta Besar Iran untuk Indonesia, H.E. Valiollah Mohammadi. H.E. Valiollah didampingi Sekretaris Duta Besar, Behrouz Nikpour, Konselor Budaya, Mahdi Abolghasemi, Staff Kedutaan, Amir Rustamdouht dan Imam Ghazali. Pihak Universitas Bina Nusantara menyambut baik Duta Besar beserta staf yang diterima oleh Prof. Dr. Tirta  Mursitama Ph.D, Kepala Eksekutif Binus Internasional, Firdaus Alamsyah, Ph.D, Direktur Binus Global, Karen Peyronim Imam serta dosen-dosen dari Universitas Bina Nusantara.

            Pidato pembuka disampaikan oleh Ketua Prodi Hubungan Internasional Prof. Dr. Tirta Nugraha Mursitama, PhD, dilanjutkan kuliah tamu oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia. Pada kesempatan itu, H.E. Valiollah Mohammadi menyampaikan latar belakang mengenai kondisi Iran saat ini, termasuk hambatan yang dialami. Salah satu masalah utama yang dihadapi Iran adalah salah pandang media massa terhadap Iran. Banyak media massa yang memberitakan bahwa Iran adalah negara pendukung kelompok terorisme dengan adanya fakta pengembangan teknologi senjata nuklir. Sebagai salah satu negara Islam terbesar di Asia, Iran pun turut menerapkan ajaran untuk menjaga perdamaian, maka aksi terorisme adalah hal yang dilarang. Menurut H.E. Valiollah Mohammadi, Iran selalu berusaha untuk menjaga perdamaian. Iran membantah  bahwa pengayaan nuklir milik mereka untuk senjata. Nuklir yang dimiliki Iran adalah untuk kesejahteraan masyarakat Iran yang berkaitan dengan kesehatan dan energi.

            Iran memiliki banyak hal positif yang kurang disoroti selama ini, seperti bioteknologi yang dikembangkan Iran mendapat peringkat kedua dunia setelah Jerman. Selain itu, Iran juga memiliki kekayaan alam yang memadai untuk meningkatkan perekonomian sehingga sangat memungkinkan melakukan kerja sama dengan pihak lain. Namun, sebagian besar media hanya melihat daerah Timur Tengah sebagai pusat kegiatan terorisme.

Seminar kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Mahasiswa tampak antusias pada sesi ini. Beberapa pertanyaan sangat kritis berkaitan dengan kebijakan luar negeri Iran di Timur Tengah termasuk di Suriah, Yaman dan Palestina melalui Hizbullah. Iran membantah bahwa negaranya terlibat dalam konflik di beberapa negara tersebut. Keterlibatan Iran lebih pada untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah. Sebagai contoh, di Yaman, Iran mencoba memahami masyarakat Yaman yang mayoritas Syiah untuk menjalankan demokrasi.

Maria Wuri Kurnia

2001603224

Kuliah Tamu oleh Hinrich Foundation: ‘Jurnalisme di China dan Hong Kong’

$
0
0

Pada tanggal 3 Maret 2018, Hinrich Foundation mengadakan kuliah tamu dan perkenalan beasiswa pascasarjana ke Hong Kong Baptist University untuk mahasiswa Hubungan Internasional BINUS Unibersity. Kuliah tamu ini adalah bentuk kerjasama Departemen Hubungan Internasional BINUS dengan Hinrich Foundation untuk pertama kalinya. Hinrich Foundation sendiri merupakan sebuah yayasan yang bergerak dalam berbagai aktivitas yang berfokus pada promosi sustainable global trade. Pemberian beasiswa adalah salah satunya, di samping pembangunan karir di bidang perdagangan global, pendampingan kegiatan ekspor, dan mendorong penelitian-penelitian di bidang perdagangan internasional.

Kuliah tamu yang dipandu oleh Mr. Putro Agus Harnowo, selaku penerima beasiswa MA untuk jurusan jurnalisme di Hong Kong Baptist University, ini mengangkat topik “Jurnalisme di China dan Hong Kong”. Mr. Putro sangat menarik dalam memaparkan kerja jurnalisme di China dan Hong Kong. Di China, jurnalisme menjadi alat propaganda pemerintah. Namun tidak seperti Uni Soviet di era Perang Dingin, jurnalisme di China mempropagandakan program-program ekonomi dan kedahsyatan capaian ekonomi China yang kini menjadi raksasa ekonomi global yang menggeser dominasi ekonomi Amerika Serikat. Jurnalis di China memiliki hubungan yang sedemikian unik dengan para birokrat dan pengambil kebijakan di Partai Komunis China, sehingga jarang sekali terlihat berita buruk tentang negara mereka, terutama di media-media lokal. Pemerintah pun menerapkan sensor sedemikian ketat terhadap berita-berita yang muncul. Kongkalikong antara pemerintah komunis yang terisolasi, media massa dan media sosial yang propagandis, dan cendekiawan-cendekiawan pemegang kunci kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menjadi resep pemerintah China untuk tidak hanya mengintip malu-malu dari celah-celah Tirai Bambunya, melainkan berkompetisi secara total dalam ekonomi global secara full power.

Sedangkan fenomena regresif justru terjadi di Hong Kong sejak negara ini dikembalikan ke China tahun 1997. Kemajuan di segala dimensi, termasuk ekonomi, sosial, budaya, dan politik justru mengalami kemunduran. Demikian pula dengan dunia jurnalistik Hong Kong yang semula demokratis, kini justru semakin mengikuti langkah isolasionis-propagandis rekan-rekannya di daratan utama China. Dinamika jurnalisme kedua negara ini sangat menarik untuk diikuti, terutama dalam mata kuliah Media and State Role dalam streaming media Departemen Hubungan Internasional BINUS. Lebih menarik lagi ketika fenomena ini diletakkan dalam perspektif kebangkitan China sebagai raksasa ekonomi global kontemporer yang dibahas dalam berbagai mata kuliah lain.

(Aditya Permana, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Bina Nusantara)

 

Wawancara Dosen HI Binus Terkait Serangan Suriah ke Ghouta Timur

$
0
0

Dosen Departmen Hubungan Internasional, Universitas Bina Nusantara, Tia Mariatul Kibtiah memberikan komentarnya untuk CNN Indonesia terkait serangan Suriah ke Ghouta Timur. Berikut merupakan kutipan wawancara tersebut:

Pekan Olahraga Mahasiswa Hubungan Internasional (POMHI) 2018

$
0
0

Pada tanggal 14-16 Maret 2018 telah dilaksanakan kegiatan Pekan Olahraga Mahasiswa Hubungan Internasional (POMHI) Binus University 2018, dengan Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMHI) sebagai panitianya dan peserta dari seluruh keluarga Hubungan Internasional (Binusian 2018 hingga  2021). Kegiatan ini diketuai oleh Claeri Tiffani, mahasiswa Hubungan Internasional 2020 beserta anggota divisinya yang sebagian besar merupakan aktivis yang baru saja dilantik pada Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang lalu di Villa Rosomulyo, Sentul. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini bukan saja untuk melaksanakan program kerja yang telah disusun, namun juga secara tidak langsung untuk mempererat hubungan kekerabatan antara mahasiswa Hubungan Internasional. POMHI merupakan kejuaraan olahraga yang diadakan rutin setiap tahunnya. Para pemenang dari POMHI 2018 nantinya akan dikirim untuk menjadi perwakilan Jurusan Hubungan Internasional dalam ajang Pekan Olah Raga dan Seni Bina Nusantara (PORSINARA) tahun ini.

POMHI 2018 yang berlangsung selama 3 hari ini memiliki 3 cabang olahraga: futsal, bulu tangkis, dan basket. Lokasi pertandingan yang digunakan antara lain Hall lt.3 Kampus Syahdan dan lapangan futsal Kampus Kijang. Pembukaan acara dilaksanakan di Kampus Kijang dan ditandai oleh tendangan bola Prof. Tirta Mursitama, PhD., selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional. Pertandingan-pertandingan dilaksanakan dari pagi sampai sore hari. Pada hari terakhir berlangsung pertandingan final basket dan futsal, serta pertandingan futsal persahabatan “Jurusan vs HIMHI”.

Claeri Tiffani (2001536661)

Mahasiswa Hubungan Internasional BINUS University

Kunjungan Dosen HI Binus ke University of Melbourne

$
0
0

Dosen HI Binus Amalia Sustikarini pada bulan Februari 2018 yang lalu berkunjung ke University of Melbourne untuk melakukan wawancara dengan Prof. Vedi Hadiz. Wawancara tersebut dilakukan sebagai bagian dari penelitian mengenai populisme Islam di Indonesia yang sedang dijalankan bersama tim peneliti lainnya yang terdiri dari Wendy Prajuli dan Tia Mariatul Kibtiah.

Prof. Vedi sendiri adalah salah satu scholars yang akif meneliti dan menulis tentang populisme. Tahun 2016 yang lalu beliau menerbitkan bukunya yang berjudul Islamic Populism In Indonesia and The Middle East. Hal yang menarik dari diskusi ini adalah bahwa populisme Islam di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di Tuki dan Mesir karena ketiadaan elemen borjuis berupa kekuatan bisnis yang kuat dan besar dalam gerakan ini. Faktor lain adalah kurangnya pembangunan aliansi antar kelas yang koheren serta ketiadaan elemen yang  secara kredibel mampu memonopoli klaim seluruh umat  Islam, yang  faktanya secara internal sangat beragam.

Diluar tujuan akademis, penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat menghasilkan masukan bagi strategi dan kebijakan menghadapi tahun politik 2018 dan 2019 , dimana gerakan  populisme ini rentan digunakan bagi kepentingan politik.

Internship di Kepolisian Negara Republik Indonesia: Sesi Sharing 2

$
0
0

 

Pada Kamis, 22 Maret 2018, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara (HI Binus) melakukan acara sharing magang 3+1 kedua. Setelah sesi sharing pertama mengundang mahasiswa yang pernah melakukan magang 3+1 di Kementerian Pertahanan RI (Kemhan), sesi kedua ini mengundang para mahasiswa yang pernah melakukan magang 3+1 di Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), khususnya Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter). Tujuan sesi kedua ini tetap sama dengan yang pertama, yaitu berbagi pengalaman mereka kepada para mahasiswa tahun kedua yang akan melakukan magang 3+1 pada semester ganjil mendatang.

Acara dimulai pada pukul 17:20 di ruang C.204 Kampus Kijang Binus. Sesi sharing diisi oleh Bama Alifianto, Bianca Anastasya, Charlene Karina, Nabilla Azalia, Raka Achmad, Stephanus Yerikho, Steven Bunawan, Syafira Farhani, dan Trianda Alifka yang magang di Div Hubinter Polri pada semester ganjil 2017-2018. Div Hubinter adalah unsur pembantu pimpinan Markas Besar (Mabes) Polri bidang hubungan internasional yang ada di bawah Kapolri. Bagian ini membawahi National Crime Bureau (NCB) Interpol Indonesia untuk menangani kejahatan internasional berhubungan dengan Sekretaris Jenderal ICPO-Interpol, Organisasi Polisi Kriminalitas Internasional.

Para mahasiswa pengisi sesi sharing ini menjelaskan struktur organisasi Div Hubinter Polri, yang membawahi Sekretariat NCB Interpol Indonesia dan Biro Misi Internasional. Set NCB Interpol Indonesia membawahi Bagian Kejahatan Internasional (Bag Jatinter), Bagian Komunikasi Internasional (Bag Kominter), Bagian Konvensi Internasional (Bag Konvinter), serta Bagian Liaison Officer dan Perbatasan (Bag Lotas). Sementara itu, Biro Misi Internasional membawahi Bagian Perdamaian dan Kemanusiaan (Bag Damkeman) serta Bagian Pengembangan Kapasitas (Kembangtas). Para mahasiswa pengisi sesi sharing ini bercerita bahwa mereka dirotasi di antara bagian-bagian tersebut dan menceritakan pengalaman mereka magang dan deskripsi kerja magang mereka di masing-masing bagian tersebut.

Menurut mereka, persyaratan melamar magang di Div Hubinter Polri antara lain surat keterangan mahasiswa aktif, surat keterangan magang, curriculum vitae (CV), fotokopi transkrip nilai, dan dua buah pasfoto 3×4. Jam kerja magang adalah pukul 07:00-15:00 WIB. Mereka pun menjelaskan dress code mahasiswa magang masing-masing hari. Sesi sharing ini berakhir pada pukul 18:20.

 


ASEM Day 2018: “Partner for Global Challenges: Youth in Power”

$
0
0

 

On 26 March 2017, The ASEM (Asia-Europe Meeting) Day 2018 with the theme “Partner for Global Challenges: Youth in Power” was held in Binus University along with its partners, the Directorate of American and European Intraregional and Interregional Cooperation, also the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia. One of the agenda of ASEM day was the talk show which took place in Aula 800, 8th Floor Anggrek Campus, Binus University from 1.30 – 3.30 pm.

This event was attended by H.E Mr. Karsten Warnecke as the Executive Director of Asia Europe Foundation, H.E Mr. Vincent Guerend as the Ambassador of the European Union to Indonesia and Brunei Darussalam, also George Junior Geraldy, the Second Secretary of Ministry of Foreign Affairs of Republic of Indonesia. As part of the effort to voice out youth’s voice in facing global challenges, the event also invited one of youth’s representative from Binus University, Kartika, who previously has won Most Outstanding Student 2017 awarded by Kopertis III DKI Jakarta to share her opinion in regards to youth’s perspective in facing global challenges.

The event addresses various topics, including global warming, terrorism, poverty, education, religion, etc. Each speaker highlighted different issues which they considered as global challenges, however all agrees that youth needs to be given more opportunity to be involved in policy making and program development since they are the future leaders in facing these global challenges. ASEM as an informal dialogue platform where head of states gathered to discuss issues of common interest between Asia and Europe, and due to its informality nature, no binding laws or resolutions are adopted; however, more voices can be heard and therefore more opportunities will be given to youth to address the issues. ASEM has provided various youth programs such as Model ASEM. Mr. Vincent Guerend and Mr. Karsten Warnecke calls out youth to engage more in ASEM programs, also to actively contribute their thoughts and discuss them together with policymakers from all around the world. In response to it, Kartika representing the youth voice thinks that many of young people today are still apathetic towards social issues surrounding them. Lack of sense of belonging towards their own community and nation is one of the biggest challenge that needs to be tackled first before having youth to contribute proactively. George Junior Geraldy on behalf of the Ministry of Foreign Affairs stated its appreciation towards ASEM for it has made many positive capacity building youth programs possible. At the end of the talk show, all speakers spoke out their opinions on how global challenges can be tackled by mutual cooperation between the government and society, including youth to proactively engage in generating ideas for policy formulation in facing the global challenges.

Kartika (1801434935)

International Relations Student-Binus University

Most Outstanding Student 2017 awarded by Kopertis III DKI Jakarta

 

The Process of Updating the Economic and Social Cuban Model

$
0
0

On 20th March 2018, with the theme ’’The Process of Updating the Economic and Social Cuban Model’’ in the realm of economy, politics, and military was held in Binus University and took place at 8th floor in 800th room Anggrek Campus from 09:00-12:00. The lead speech was held by Cuban representative and Third Secretary Michael Gonzalez Castro.

The event addresses various topics, among them was Cuban history from its beginning to the present times, the history of Cuban presidents with their background and a little bit of their biography, the situation between the first years of Cuban independence and during Castro’s reign, the vision and mission of the revolution in Cuba, the effects of the fall of USSR to Cuban economy and social aspects, and last the adjustment of transition process of post-Cold War and is called the ’’Transformation Process’’ and the financial crisis that struck Cuban economy.

Each topic was highlighted in great detail to the audience, and gives a glimpse how the system in Cuba works during the revolution, post-Cold War and recent times. It explained from the beginning of independence that Cuba is an important trade and source of sugar, and coffee for the West and Asia. It had been a commercial reciprocity during the Spanish colonial occupation. It had endured much with the influence from the United States for political and economic purposes which had been occupying Cuba since the end of Spanish-American wars in 1898; however in 1933, Cuba had good policies for its citizens and economy starting from women are allowed to work, nationalization, workday at 8 hours, lower tariffs for electricity and gas. Mr. Gonzalez also explained the situation regarding the domination of government Mendieta-Caffery-Batista, which Mendieta is the General of the Army at the time, Caffery as the Ambassador of Cuba to the United States and Batista a Colonel in the Cuban Army at the time rose to power through coup d’état in 1952 and overthrew the provisional government of Quesada. During the time of Batista, the situation of Cuban people was dire in need of hope, in 1959, there was 85% no water for homes, 44% of the population does not have access to school and only 22% from 65% of population have doctors, and only 62% beds for hospitals; furthermore, there are only 1 hospital for each rural district. Gonzalez explained during the revolution, it removed all kinds of US dependencies, improved the economy and economic situation of Cuba, President Castro enacts reform land law, Cuba freed from illiteracy in 1961, free healthcare and education, reductions of electricity cost and rent, economic relations with the USSR started, and adopted the Socialist model. After which it was adopted, Cuba held only one trade partner which is the USSR, during the collapse of the USSR. Cuba lost more than 70% of income, 75% of its GDP, imports reduced, increased transportation cost, lack of resources, and shortages. During the time of economic downturn, the President of Cuba enacted a transformation process to lure investments to the country. It opened for foreign trade, investments, and mixed enterprises, it uphold food sufficiency by using organic agriculture, development of bio-technology, tourism, reinsertion to the international market, free and universal of healthcare and education, increase in expenditure of social programs, maintaining salary, increase 80% of medicine production, development of 2 currencies. The speaker highlighted in detail that the country at the time of transformation experienced strengthen of the economy but also financial blockades from the US. It made Cuba to strengthen its institution domestically, reorganizing the state and government to adapt and adjusting to the available resources, this caused a prioritize of growth and diversification of exports and the substitution of import; also agricultural transformation, it developed self-employment, research on stopping de-capitalization resulted in local development which made a comeback to the one currency, the innovation it upheld resulted in technological advancement; and industrial concentration. Furthermore, as of during the talk show 80% of the people are committed to democracy, he spoke.

At the end of the talk show, Mr. Gonzalez shows and concluded that his country is not overall authoritarian despite its communist system. Its country endured much democratic freedom as some democratic countries do, but Cuba does not allow campaigns to be held as it is the will of the people to choose and not by persuasion. Furthermore, as of now Cuba is one of the leading medical expert in many categories and areas of medicine. Cuba also upheld the most respective school of medication and to be a doctor, he said to the audience there are some Indonesians who are also studying medicals there.

Julian Isaac Budiono (2001550514)

Global Class-International Relations-Binus University

FPCI Chapter Binus: “ 10 Years Economic Crisis : Indonesia’s Perspective”

$
0
0

In 27th March 2018, the talk show and inauguration of FPCI chapter BINUS With topic “ 10 Years Economic Crisis : Indonesia’s Perspective” was held in BINUS University (Campus Anggrek) at 08.15 until 12.00 . The speaker were Andry Asmoro, S.E., M.A (senior econom PT. Bank Mandiri Tbk), and the keynote speaker were Prof.Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D (head of IR Department BINUS) also H.E. Dr. Dino Patti Djalal (founder FPCI and ambassador to U.S). The talk show was opened by Prof. Tirta, which he said the economic crisis have happened in Indonesia since 1998. Dr. Lili Yulyadi became the moderator of the talk show, he has describe that the question of “economic crisis” is real or not?

Mr. Andy as speaker has explained and describe the situation of Indonesia economic since economic crisis, which he believe Indonesia has trough and have long journey of economic crisis. Through this experience, he said if Indonesia doesn’t have to be worry about economic crisis, as long as our government can manage our country carefully , especially in manage the debt with aim to help economic growth, the main economic problem that facing Indonesia new a days is structural problem, such Indonesia doesn’t have blue print / policy to manage industrial sector and spending of fuel subsidy. On the other side, the role of organization could have to maintain and organize economic in Indonesia, like OJK who could help to organize the lend of money.more over, even Indonesia doesn’t have any debt to IMF any more, it’s important to maintain relation with them because they could have Indonesia when facing crisis (by giving aid) and became platform as International cooperation for Indonesia. New a days, Indonesia’s government have several project maintaining Indonesia Economy (ex: Komodo land) and change the way to give subsidy (through bank). Mr. Andy has added that Indonesia economy were driven by commodity, and he believe Indonesia should using manufacturing & agricultural sector to develop our economy.

Mr. Dino as representative of FPCI said if Indonesia could using G20 as they platform for our economy foreign policy. In addition , Indonesia also need to create a reform by change their mindset also maintaining democracy system.

 

 

Luh Made Surya Gita W. ( 1901517623)

International Relations Student-Binus University

 

Dosen HI Binus: Kebocoran Data “Facebook”

$
0
0

Sumber: www.koran-jakarta.com

Dosen HI Binus, Amalia Sustikarini, S.Sos., MILP memberikan analisisnya terkait peristiwa kebocoran data Facebook di Koran Jakarta hari Senin, 9 April 2018. Dalam tulisannya, beliau memaparkan bagaimana kebocoran data demografi seperti jenis kelamin, kelas, pendidikan atau pekerjaan dari sosial media dapat dimanfaatkan secara illegal untuk kepentingan politik.

Tulisan lengkap beliau yang dimuat oleh Koran Jakarta dapat dilihat pada tautan berikut:

http://www.koran-jakarta.com/kebocoran-data–facebook-/

 

FGD Balitbang Kemhan “Peningkatan Pembinaan Teritorial TNI Dalam Menghadapi Ancaman Nonmiliter”

$
0
0

Pada hari Rabu 7 Maret 2018, Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemhan yang berlokasi di Pondok Labu Jakarta Selatan mengadakan focus group discussion (FGD) bertajuk “Peningkatan Pembinaan Teritorial TNI Dalam Menghadapi Ancaman Nonmiliter”. Acara diskusi bertujuan untuk memberi masukan kelompok kerja (pokja) TNI atas kebijakan pembinaan teritorial yang sudah dilakukan sejauh ini. Hadir selaku penanggap dari sektor sipil adalah Sukmawani Bela Pertiwi dan Ganesh Aji Wicaksono dari Prodi Hubungan Internasional, Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara.

Paparan inti yang dikemukakan Kol. (Inf) FX Giyono selaku ketua pokja merujuk pada globalisasi yang menimbulkan ancaman terhadap ketahanan nasional dalam konteks nonmiliter. Menyikapi hal ini, pembinaan teritorial dianggap sebagai cara TNI untuk menjalankan fungsi teritorialnya, terutama bila dikaitkan dengan kebutuhan intelijen dan ketersediaan infrastruktur masyarakat. Tanggapan pertama diberikan oleh perwakilan Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Strahan Kemhan) mengenai pertimbangan doktrin dan kebijakan pertahanan untuk daerah dalam menghadapi isu keamanan nonkonvensional. Tanggapan selanjutnya diberikan dari direktorat potensi matra (TNI AD, TNI AU, dan TNI AL) selaku pihak pelaksana di lapangan. Tanggapan ini terutama berupa narasi mengenai kesuksesan pembinaan teritorial dalam bentuk pembangunan daerah dan infrastruktur, perbedaan ruang gerak matra dan bentuk pembinaan terkait, serta pernyataan perlunya Angkatan Udara dan Angkatan Laut belajar dari Angkatan Darat dalam melaksanaan fungsi teritorial.

Adapun tanggapan yang diberikan perwakilan Universitas Bina Nusantara merujuk pada dokumen pembinaan teritorial dan konteks profesionalisme militer di Indonesia. Menyorot UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, ibu Bela Pertiwi mengutarakan bahwa sebaiknya ada pengkategorian mengenai operasi militer selain perang yang lebih jelas untuk memberi kesan bahwa TNI tidak akan melakukan intervensi di ranah pembangunan sipil. Pengkategorian ini juga dinilai penting supaya TNI tidak harus mengorbankan kompetensinya yang utama (pertahanan luar). Dengan demikian, disarankan bahwa fungsi pembinaan teritorial TNI lebih difokuskan ke pemenuhan kebutuhan intelijen untuk keamanan publik.

Ganesh Aji Wicaksono

Dosen Hubungan Internasional – Binus University

Mahasiswa HI Binus: Pengalaman Magang di Kementerian Luar Negeri RI

$
0
0

Pada semester delapan perkuliahan ini, saya mengikuti program magang yang menjadi salah satu kewajiban dari pihak kampus sebagai salah satu syarat kelulusan. Pada kegiatan magang kali ini, saya mendapatakan kesempatan untuk menjalankan program  magang di Kementerian Luar Negeri RI. Kantornya sendiri bertempat di Jalan Pejambon 1, Jakarta Pusat. Di sini saya ditugaskan di Direktorat Jenderal AMEROP (Amerika dan Eropa), dan ditempatkan di Direktorat Eropa 2. Periode magang saya selama dua bulan, dimana saya memulai kegiatan magang ini dari tanggal 5 Maret dan akan berakhir di tanggal 4 Mei 2018.

Dalam program kegiatan magang ini banyak hal yang saya pelajari tentang dunia pekerjaan. Ini merupakan pengalaman pertama kali saya turun ke dunia kerja. Banyak hal menurut saya yang berbeda antara dunia kerja dan pendidikan yang selama ini saya jalani. Selama magang, saya belajar untuk terus dapat mengikuti ritme dan pola kerja para karyawan di kantor ini. Saya juga belajar untuk bersikap lebih profesional di hadapan orang lain.

Untuk pekerjaan teknisnya sendiri, saya juga banyak belajar hal-hal baru selama mengikuti magang di Kementerian Luar Negeri. Seperti membuat surat penyampaian nota diplomatik, filing data, pengumpulan data atas sebuah kasus internasional terkait, membuat Daily Briefing, dll. Namun selain tugas-tugas kantor tersebut, saya juga mendapatkan kepercayaan dari supervisor saya untuk mengikuti Forum Kerjasama Bilateral RI-Polandia. Dalam acara tersebut saya dapat bertemu dengan wakil menteri luar negeri dan wakil menteri energi Polandia, serta saya juga bertemu dengan Dubes RI untuk Polandia. Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga dimana saya mendapatkan pengalaman diploasi secara nyata.

Yudhistia Krismahadi (1801391412)

Mahasiswa Hubungan Internasional – Binus University

International Relations Student: Internship Experience at The Embassy of Islamic Republic of Pakistan

$
0
0

As a part of my Bachelor studies in International Relations at BINUS University,  I did a four months internship program (from September until December 2017) at The Embassy of Islamic Republic of Pakistan, in Jakarta. There are 3 attaches in the embassy: the Diplomatic Wing, the Commercial Wing, and the Defense Wing. I was doing my Internship at the Diplomatic Wing of the Embassy. My main duty was to do the translation both written and spoken from English to Bahasa or from Bahasa to English. I also wrote a reports regarding international issues, attended meetings and made the minutes, conducted protocol duties, helped the consular matters and many other various tasks.

            The meetings and seminars that I have participated in are: “The Power of Proximity: Enhancing Australia – Indonesia Economic Relations” in Center for Strategic and International Studies, “72nd United Nations General Assembly” High Level Week in Ministry of Foreign Affairs, The Launch Book of “Sharp-Eyed Eyes On The Forest” & “Behind The Ecosystem Crisis” in Ministry of Environment and Forestry Indonesia, “Geo-Political and Legal Development Post Permanent Court Arbitration (PCA) Award on South China Sea Dispute” by University of Indonesia, ASEAN – Pakistan Joint Sectoral Cooperation Committee (APJSCC) in ASEAN Secretariat, and other various international seminars.

During my internship program, I also translated many scripts, such as news about Pakistan in Indonesian media, invitations for The Embassy of Pakistan, and letters from Indonesian Officials for The Embassy of Pakistan. Aside from attending meetings and translations, I also wrote various reports on following themes; Indonesia – China Economic and Political Relations, The Rise of Extremism in Indonesia, ASEAN’s Role in Rohingya Conflict, West Papua Conflict in Indonesia, India – ASEAN Relations, Indonesia as Global Maritime Fulcrum and Indonesia’s Bilateral Currency Swap Arrangements (BCSA) with other countries.

Before the internship program, my knowledge of International Relations was limited and I was not used to have English conversation that often. Now, that my four months internship has over, I’ve learned a lot. All the embassy’s staffs were really friendly and understanding. I made a lot of mistakes but they were understand and supported me. I’ve become more familiar with the role of each institutions and I got acquainted with so many people from different institutions. A few weeks after I started, I was hoping for a wider variety of assignments to keep myself motivated. When I attended APJSCC, I got a chance to company the new delegates from Pakistan to help them bought various needs, I also introduced them to Indonesian culture. Being a part from Embassy of Pakistan was very precious and enriching experience for me.

Michelle Iskandar (1801421245)

International Relations Student- Bina Nusantara University


Dosen HI Binus: Budaya Membaca di Era Millennial

$
0
0

Pada hari Minggu, 15 April 2018, Mas Roseno Aji Affandi, dosen HI Binus sekaligus penulis buku Revolution of Hopes, dan penggiat literasi menjadi narasumber dalam acara #BookTalk di 104.6 Trijaya FM. Dalam wawancaranya, beliau membahas mengenai budaya membaca di generasi milenial.  Tujuan dari diskusi ini adalah untuk kembali membudayakan membaca buku pada generasi millennial, yang kebanyakan referensinya kini hanya berasal dari sosial media tanpa membaca buku secara mendalam.

 

 

European Union – Taiwan Relations: The Lesson for Indonesia

$
0
0

Hubungan bilateral antara Uni Eropa – Taiwan merupakan bagian dari hubungan eksternal Uni Eropa. Hubungan ini bisa dikatakan special karena Uni Eropa dan Taiwan bisa diaktegorisasikan sebagai aktor internasional yang khusus. Uni Eropa sebagai institusi supranasional memiliki kewenangan layaknya negara, untuk menjalin hubungan bilateral dengan aktor negara, selain itu anggota-anggota Uni Eropa juga merupakan negara-negara berdaulat yang memiliki hubungan bilateral dengan aktor negara.

Sementara itu,  hubungan ‘khusus’ Taiwan dengan Cina, yang berdampak pada perdebatan tentang status Taiwan sebagai negara berdaulat, membuat Taiwan memiliki keterbatasan dalam berinteraksi dengan aktor internasional. Ini membuat semua interaksi bilateral yang dilakukan Taiwan, akan selalu dikaitkan dengan hubungan Taiwan – Republik Rakyat Cina (RRC).

Paparan tersebut disampaikan oleh Paramitaningrum, dosen HI Binus, selama sekitar satu jam dalam kuliah umum yang berjudul “European Union – Taiwan Relations: The Lesson for Indonesia”, yang diadakan oleh Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Budi Luhur, Jakarta Selatan, tanggal 20 Maret 2018 yang lalu.

Selanjutnya, Paramitaningrum juga memaparkan keterbatasan yang dimiliki Taiwan membuat negara ini lebih mengedepankan aspek ekonomi dan non-politik, dalam berinteraksi dengan Uni Eropa. Selain itu, keterlibatan aktor non-negara, seperti parlemen, kelompok pengusaha, NGO, kelompok akademisi, juga menjadi penting, karena mereka inilah yang berkontribusi dalam menjalankan hubungan bilateral Taiwan – Uni Eropa, dengan berbagai inisiatifnya.

Taiwan and the Asia-Pacific: Emerging Trends and Opportunities

$
0
0

 

Jurusan HI BINUS selalu berpartisipasi aktif dalam kegiatan seminar dan konferensi baik dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah mempresentasikan artikel ilmiah dalam konferensi internasional di Manila yang bertajuk “Taiwan and the Asia-Pacific: Emerging Trends and Opportunities”. Dua orang dosen HI Binus yang menekuni bidang Maritime Security Issues yaitu Sukmawani Bela Pertiwi dan mendalami studi tentang Taiwan yaitu Luh Nyoman Ratih Wagiswari menyampaikan hasil karya ilmiah mereka yang berjudul “The Diplomacy of Quasi State in Territorial Disputes: Taiwan in the South China Sea”. Konferensi yang diadakan oleh The University of Philippines Diliman bekerjasa dengan Taipei Economic and Cultural Office in Manila dihadiri oleh sekitar 100 peserta dan 10 pemakalah yang berasal dari Indonesia, Taiwan, dan Filipina sendiri. Konferensi terbagi dalam 3 panel dan tim HI BINUS ditempatkan pada panel 3 dengan tema besar “Power Relations”.

Dalam paparannya, Sukmawani Bela Pertiwi menyampaikan urgensi penelitian ini bagi negara yang berstatus “Quasi State”. Tidak banyak jumlah negara dengan status demikian, namun dalam kasus Taiwan menjadi unik dan menarik karena hubungannya dengan Tiongkok sendiri serta keikutsertaan negara Asia Tenggara lainnya dalam konflik yaitu, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Hal ini menjadikan Konflik di Laut China Selatan semakin problematis bagi para pengamat Hubungan Internasional. Para peserta konferensi menunjukan antusiasme mereka selama paparan berlangsung. Hal ini sangat wajar mengingat peserta konferensi kebanyakan berasal dari Filipina, salah satu negara yang memiliki kepentingan di Laut China Selatan. Selepas presentasi, berbagai pertanyaan ditujukan kepada Bela maupun Ratih terkait dengan hasil penelitian mereka.

Konferensi yang berlangsung selama 1 hari ini ditutup dengan pemberian sertifikat kepada setiap pemakalah serta penyajian hidangan sederhana sebagai bagian dari upaya ramah tamah dan networking.

 

Luh Nyoman Ratih Wagiswari Kabinawa

Dosen Hubungan Internasional – Binus University

Mahasiswa HI Binus: Pengalaman Magang di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

$
0
0

Pada semester delapan saya mengikuti program magang dari kampus sebagai satu syarat kelulusan, di kegiatan magang ini saya melakukan magang/ kuliah kerja praktek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang berlokasi di Plaza Selatan Senayan, Jl. Jend. Sudirman, RT.1/RW.3, Gelora, Tanah Abang, Central Jakarta City, Jakarta 10270. Saya diberi kesempatan untuk bertugas di BIRO KLN (Kerja Sama Luar Negeri) Gedung C Kompleks Kemendikbud divisi AMEROP.

Saya mendapatkan banyak pengalaman berharga selama magang berlangsung dimana saya mendapatkan ilmu-ilmu terkait masalah pendidikan, salah satunya adalah bagaimana menerbitkan surat terkait Izin Mengerjakan Tenaga Asing (IMTA) yang membuat saya mengetahui bagaimana proses tenaga asing lebih tepatnya guru dari luar negeri dapat bekerja di negara Indonesia dan memenuhi syarat sebagai pengajar di Indonesia. Saya juga membantu staff untuk merangkum surat perkembangan kerja sama luar negeri yang masuk ke kantor berkaitan dengan program pendidikan dan kebudayaan.

Saya juga berkesempatan untuk berpartisipasi dalam rapat yang membahas finalisasi daftar sekolah calon penerima program ETA (English Teaching Assistanship) – AMINEF T.A. 2018/2019 yang menentukan sekolah sekolah yang layak mendapatkan program ETA tersebut. Dari kegiatan tersebut saya mempelajari bahwa ini adalah salah satu bentuk kerja sama antara negara Indonesia dan Amerika Serikat, dimana Pemerintah Amerika Serikat mencari sukarelawan dari negaranya untuk mengajar bahasa inggris di Indonesia, tepatnya di SMA dan SMK di daerah-daerah di Indonesia. Para sukarelawan ini adalah kebanyakan warga negara biasa dan membantu guru-guru di sekolah dalam mengajarkan pelajaran bahasa inggris kepada para siswa.

Program magang saya berlangsung dari tanggal 9 April –  23 Mei 2018.

(Foto diambil pada tanggal 2 Mei saat wawancara Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia setelah upacara hari pendidikan di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

 

Muhammad Reza Aditya (1801423401)

Mahasiswa Hubungan Internasional-Binus University

How K-pop Has Sparked an Interest in International Politics

$
0
0
Girls’ Generation during their ‘Phantasia’ tour in Seoul in November 2015. (facebook.com/girlsgeneration/File)

Following the  the first meeting of South Korean president Moon Jae-in and North Korean leader Kim Jong-un for the Inter-Korea Summit on April 27th 2018, Muthia Nurbaitty shared her thought on how K-pop has developed young K-pop fans’ attention to the political conflict between two countries. Muthia is an International Relations graduate from Bina Nusantara University. Follow this link to read her article in the Jakarta Post:

http://www.thejakartapost.com/life/2018/05/02/how-k-pop-has-sparked-an-interest-in-international-politics.html

 

 

Viewing all 428 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>