Quantcast
Channel: International Relations BINUS University
Viewing all 406 articles
Browse latest View live

Ketua Jurusan HI BINUS Mengunjungi Kozminski University

$
0
0

Pada tanggal 6 April 2018, Prof. Dr. Tirta N. Mursitama, PhD. Kepala Jurusan Hubungan Internasional BINUS University, didampingi oleh Dr. Sidharta dari jurusan Business Law dan Ibu Yi Ying dari jurusan Sastra China melakukan kunjungan kerja ke Kozminski University, Warsawa, Polandia. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Tirta memiliki beberapa agenda kerja. Agenda yang pertama adalah berdiskusi dengan Dr. Valentina, Director of International Cooperation Office Kozminski University dan timnya. Dalam diskusi ini dibahas mengenai kerjasama pertukaran mahasiswa dan dosen antara Kozminski and BINUS; penelitian bersama dan publikasi; kunjungan penelitian dan examiner untuk disertasi PhD.

Agenda yang kedua adalah rapat dengan Prof. Witold T. Bielecki, Ph.D. yang merupakan rektor Kozminski University. Rapat ini membahas penguatan kolaborasi akademik antara BINUS dan Kozminski di studi bisnis, manajemen, dan hukum bisnis. Prof. Witold menekankan pentingnya akreditasi internasional seperti AACSB, EQUIS dan AMBAs untuk universitas-universitas muda yang berusia di bawah 50 tahun yang memiliki studi bisnis. Di area penelitian, beliau juga menyambut positif kolaborasi antara dosen-dosen dari kedua universitas.

Agenda Prof. Tirta yang ketiga adalah mendampingi Dr. Shidarta dalam memberikan kuliah tamu dalam kelas Hukum Internasional. Tema yang dibawakan adalah “A Case of Indonesia’s Palm Oil Industry: A Political Economy Perspective”. BINUS university sangat mengapresiasi sambutan hangat dan terbuka yang diberikan oleh Rektor Kozminski University dan jajaran timnya.


Ketua Jurusan HI BINUS Mengunjungi KBRI Warsawa

$
0
0

Pada tanggal 7 April 2018, Prof. Dr. Tirta N. Mursitama, PhD. Kepala Jurusan Hubungan Internasional BINUS University melakukan wawancara penelitian ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Warsawa. Dalam kesempatan tersebut Prof. Tirta mewawancarai Mr. Hubertus Djatmiko Witjaksono selaku Kabid Politik. Dalam wawancara ini dibahas mengenai hubungan Indonesia dan Polandia. Selain itu, Prof. Tirta juga berdiskusi Bapak Mirza, salah satu anggota Kabid Sosial dan Pendidikan, mengenai kerjasama Pendidikan tinggi di Polandia. Keduanya juga menjajaki kemungkinan penyediaan beasiswa di tingkat Master dan PhD.

Ketua Jurusan HI BINUS Mengunjungi Federal Patent Court Jerman

$
0
0

Pada tanggal 10 April 2018, Prof. Dr. Tirta N. Mursitama, PhD. Kepala Jurusan Hubungan Internasional BINUS University, didampingi oleh Dr. Sidharta dari jurusan Business Law dan Ibu Yi Ying dari jurusan Sastra China melakukan kunjungan ke Bundespatentgericht (Federal Patent Court) di Munich, Jerman. Ketiganya diterima oleh Mrs. Beate Schmidt selaku Presiden dari Bundespatentgericht dan Prof. Dr. Carsten Kortbein yang merupakan salah satu dari Presiding Judge untuk Boards of Appeal for Trade Marks (28th Board) dan Board of Appeal in Plant Variety Cases (36th Board).

Dalam kesempatan tersebut mereka berdiskusi mengenai posisi pengadilan tersebut di Jerman maupun di Uni Eropa dan mengenai isu paten sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam Uni Eropa dan Ilmu Hubungan Internasional. Sebagai Editor-in-Chief Journal of ASEAN Studies (JAS), Prof. Tirta mempromosikan JAS kepada Bundespatentgericht. Kunjungan ke Federal Patent Court ini menutup serangkaian agenda kerja ketiganya di beberapa kota di Polandia.

Ketua Jurusan HI BINUS Menjadi Research Fellow di Budapest Business School (BBS) University of Applied Science

$
0
0

Pada tanggal 30 April-12 Mei 2018 Prof. Dr. Tirta N. Mursitama, PhD., Kepala Jurusan Hubungan Internasional BINUS University, berkesempatan menjadi research fellow dalam program Short-term Residential Research Fellowship di Budapest Business School (BBS) University of Applied Science, Hungaria. Pada hari pertama Prof. Tirta memulai aktivitas sebagai research fellow dengan bertemu Rektor Prof. Dr. Heidrich Balazs, memberikan komentar presentasi mahasiswa master Bisnis Internasional di kelas Global Strategy for the Companies yang diampu Prof. Dr. Tamas Novak, dan mengikuti kuliah program master Hubungan Internasional sesi Hungarian Foreign Policies yang diajarkan Prof. Dr. Janos Vandor.

Prof. Tirta melakukan penelitian tentang peningkatan kerjasama ekonomi dalam hubungan Indonesia dan Hungaria. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mewawancarai beberapa pihak, antara lain: H.E. Wening Hesti Probo sebagai Duta Besar Indonesia untuk Hungaria; Bapak Addy P. Soemantry sebagai Direktur Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Budapest; dan Dr. Janos Sipos yang merupakan Direktur Jendral Departemen Asia Pasifik, Kementerian Luar Negeri Hungaria.

Selain melakukan penelitian Prof. Tirta juga melakukan kunjungan kerja dan berdiskusi dengan Prof. Dr. Katalin Cseko Gulyas, PhD, yang merupakan Dekan Fakultas Bisnis dan Manajemen Internasional, Budapest Business School University of Applied Sciences. Keduanya didampingi oleh Dr. Csaba Moldicz and Prof. Dr. Tamas Novak dalam mendiskusikan kemungkinan kolaborasi riset, pertukaran pelajar, dan online learning (global learning system) untuk beberapa mata kuliah.

Selama berada di Hungaria, Prof. Tirta juga berkesempatan menghadiri ‘Indonesian Days’ di Budapest. Acara ini diselenggarakan oleh KBRI dan ITPC dan menghadirkan pameran dan bazaar kebudayaan dan kuliner Indonesia. Prof. Tirta memperoleh sambutan hangat dari H.E. Wening Hesti Probo dalam acara tersebut.

 

Ketua Jurusan HI Binus Sebagai Chair dalam Oriental Business and Innovation Centre (OBIC) International Conference 2018

$
0
0

Pada tanggal 10-11 Mei 2018, Budapest Prof. Dr. Tirta N. Mursitama, PhD., Kepala Jurusan Hubungan Internasional BINUS University, memperoleh kepercayaan untuk menjadi Chair dalam Oriental Business and Innovation Centre (OBIC) International Conference 2018. OBIC 2018 merupakan konferensi akademik yang diadakan oleh Budapest Business School (BBS) University of Applied Science, Hungaria. Tema yang diangkat dalam konferensi ini adalah ‘The Transformation of Asian Economic Institutions: Understanding Local Changes and Global Impacts on Business and Society’.

Prof. Tirta menjadi Chair untuk panel akademisi dan Master Graduate panel. Dalam panel akademisi dengan tema Economic Integration, Prof. Tirta bersama para presenter yang merupakan tiga orang profesor berdiskusi mengenai hubungan Korea-Uni Eropa, Belt and Road Initiative di Eropa, dan hubungan perdagangan Taiwan. Sebagai Chair dalam Master Graduate panel, Prof. Tirta berdiskusi dengan mahasiswa Master dari Afrika Selatan, Czech, Rusia, Kazakhstan, Rumania, dan Hungaria. Prof. Tirta sebagai Scientific Board Member OBIC 2018 juga berhasil menjadikan JAS sebagai salah satu bentuk publikasi dari OBIC. JAS akan meneribitkan 90 artikel jurnal dari OBIC yang berasal dari 25 negara dan 5 benua. Dalam konferensi ini, dua orang dosen Hubungan Internasional BINUS University, Dr. Paramitaningrum dan Rangga Aditya Elias, M.Si., juga hadir untuk mempresentasikan penelitian mereka.

Kunjungan HI BINUS ke KBRI Hungaria

$
0
0

Pada tanggal 10 Mei 2018, Prof. Dr. Tirta N. Mursitama, PhD., Kepala Jurusan Hubungan Internasional BINUS University bersama Rangga Aditya Elias, M.Si. dosen Hubungan Internasional BINUS University melakukan kunjungan kehormatan ke KBRI Hungaria. Dalam kunjungan tersebut keduanya menemui H.E. Wening Hesti Probo Duta Besar Indonesia untuk Hungaria. Ketiganya mendiskusikan hubungan Indonesia-Hungaria. Prof. Tirta memberikan Journal of ASEAN Studies (JAS) sebagai token of appreciation untuk KBRI Hungaria.

Is the EU – Indonesia Relations Going to be a Strategic Partnership?

$
0
0

Pada tanggal 11 May 2018, Dr. Paramitaningrum mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Is the EU – Indonesia Relations Going to be a Strategic Partnership?” pada acara konferensi internasional, “The Transformation of Asian Economic Institutions: Understanding Local Changes and Global Impacts on Business and Society” yang diadakan oleh Oriental Business and Innovation Centre OBIC – Budapest Business School, University of Applied Sciences – Central Bank Hungary, Hungaria. Acara ini dihadiri oleh sekitar 50 orang akademisi dari Indonesia, Vietnam, Taiwan, China, Jepang, India, Amerika Serikat, Polandia, Cheko, Lithuania, Russia,  dan Hungaria sebagai tuan rumah.

Pada konferensi tersebut, Dr. Paramita memaparkan interaksi bilateral Uni Eropa – Indonesia yang semula berada dibawah kerangka EC – ASEAN Agreement 1980. Interaksi yang juga bersifat antar-kawasan in fokus pada aspek ekonomi. Seiring dengan perkembangan yang terjadi di dunia internasional, perluasan keanggotaan di Uni Eropa dan juga ASEAN membuat interaksi tersebut harus disesuaikan. Aspek politik juga menjadi penentu jalannya Hubungan Uni Eropa- ASEAN. Interaksi bilateral antara Uni Eropa dengan negara-negara anggota ASEAN menjadi pendukung keberlangsungan interaksi antara Uni Eropa – ASEAN.

Sementara itu, interaksi bilateral antara Uni Eropa – Indonesia dikukuhkan dalam PCA (Partnership Cooperation Agreement) yang ditandatangani pada tahun 2009. Adanya perjanjian ini menjadikan kedua pihak bisa berinteraksi secara langsung untuk mendiskusikan isu-isu global dan regional yang menjadi kepedulian bersama dan bekerja sama menangani hal tersebut. Setelah penandatanganan PCA, Uni Eropa dan Indonesia tengah mendiskusikan CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement). Didalam CEPA ini terdapat komponen Capacity Building, yang bermanfaat bagi Indonesia untuk lebih siap menjalankan perdagangan bebas dengan Uni Eropa.

Prestasi Mahasiswa HI Binus di Paris International Model United Nations

$
0
0

Dua mahasiswa Hubungan Internasional Binus University, yaitu Muhammad Rafi Nugraha dan Mohammad Gibran Permadi berpartisipasi dalam Paris International Model United Nations (MUN) yang berlangsung pada tanggal 24 – 27 Mei 2018 di Paris, Perancis. Kegiatan yang diselenggarakan oleh gabungan dari beberapa Universitas top di Perancis, seperti Science Po dan Sorbonne University ini merupakan salah satu konferensi MUN terbesar di Perancis dan yang prestisius di Eropa. Pada tahun 2018 ini, Paris International MUN dihadiri oleh sekitar 700 peserta yang mempresentasikan 71 negara dari seluruh dunia. Tempat pelaksanaan kegiatan, diselenggarakan di beberapa lokasi seperti Sorbonne University, Science Po Paris, dan Institut Catholique de Paris.

Beberapa kegiatan utama yang diikuti oleh Rafi Nugraha dan Mohammad Gibran adalah opening ceremony, networking and social nights, traditional night dan konferensi Model United Nations. Rafi Nugraha berkesempatan untuk mempresentasikan Norwegia di United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) untuk membahas isu Land Grabbing Crisis yang terjadi di negara berkembang. Sementara itu, Mohammad Gibran berkesempatan untuk mempresentasikan Jepang di Disarmament and International Security (DISEC) untuk membahas isu Nuclear Disarmament atau Nuclear Non-Poliferation. Dalam kegiatan ini, Rafi Nugraha berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Best Position Paper di ECOSOC.

Paris International Model United Nations telah memberikan kesempatan besar bagi Rafi Nugraha dan Mohammad Girban untuk mengasah kemampuannya dalam memecahkan masalah dan isu-isu internasional yang dimuat di MUN. Sebagai contohnya adalah ketika Rafi diharuskan membahas isu Land Grabbing yang merugikan bagi negara berkembang dan petani kecil yang hidup di negara tersebut. Tantangan ini menuntut Rafi untuk menggunakan soft skills-nya seperti berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, dan kemampuan memecahkan masalah spesifik melalui beberapa solusi yang ditawarkan. Selain itu, banyak pengalaman berharga yang didapatkan oleh Rafi dan Gibran seperti mengenal teman-teman baru dan memahami keberagaman dari partisipan lainnya yang berasal dari berbagai negara. Bekerjasama dengan beberapa orang dari berbagai negara untuk memecahkan isu global, juga memberikan pengalaman dalam melihat suatu realitas dari sudut pandang yang berbeda.

Muhammad Rafi Nugraha (1901517932)

Ditulis oleh: Ibnu Yusina (1901522996)


The 27th Kijang Initiatives Forum (KIF): The Diplomacy of Quasi State in Territorial Dispute: Taiwan in the South China Sea

$
0
0

Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara mengadakan Kijang Initiative Forum yang ke – 27 pada hari Rabu tanggal 16 Mei2018. Diskusi yang dihadiri para dosen ini membicarakan quasi state yang bukan merupakan isu umum dalam Hubungan Internasional (HI), dan bagaimana perkembangan konseptual dan teoritis terkait quasi state belum berkembang begitu baik dalam HI. Dalam diskusi ini, tiga dosen HI Binus, yakni Sukmawani Bela Pertiwi, Luh Nyoman Ratih Wagiswari Kabinawa, dan Rangga Aditya Elias memaparkan penelitiannya terkait topik ini.

Quasi State semakin hadir dalam studi HI setelah fenomena globalisasi. Banyaknya quasi state yang terlibat dalam konflik menuntut resolusi pemahaman tentang quasi state, termasuk Taiwan dalam sengketa Laut Cina Selatan. Quasi state bertahan dalam kelemahan hukum dan politik yang mengakibatkan diplomasi yang dilakukan Taiwan dapat dijelaskan dengan menggunakan teori diplomasi negara-negara lemah yang mencakup diplomasi multi-track untuk menangani kelemahan hukum dan kelemahan politiknya.

 

Selamat Idul Fitri 1439H

Mahasiswa dan Dosen HI Binus dalam Seminar Pengesahan Revisi UU Antiteror

$
0
0

Tanggal 22 Mei 2018 telah diadakan seminar tentang “Pengesahan Revisi UU Antiteror” bertempat di Pullman Hotel, Jakarta. Pembicara acara tersebut beberapa orang yaitu, Jendral TNI (Purn.) Dr. Moeldoko yang menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan, Jaleswari Pramodhawardani menjabat sebagai Deputi V Kepala Staf Kepresidenan, Brigadir Jendral TNI Muhammad Nakir menjabat sebagai Direktur Jendral Kepala Divisi Hubungan Masyarakat, Kepolisian Negara RI, Ridlwan Habib menjabat sebagai Peneliti Terorisme, dan Al Araf menjabat sebagai Direktur Eksekutif, Imparsial serta salah satu dosen jurusan Hubungan Internasional BINUS yaitu Curie Maharani yang menjadi moderator dalam acara tersebut. Acara ini diadakan oleh P8. P8 adalah sebuah kelompok yang berfokus terhadap isu – isu pertahanan yang saat ini diketuai oleh Bapak Edy Prasetyono.

Seminar ini juga dihadiri oleh beberapa mahasiswa/i BINUS jurusan Hubungan Internasional yaitu Djong Michelle, Hidayah, Lifia Fadhilla, Oktrifiyanti G. Puteri, Reni Anggraeni, Rosalina M. Olda, Sabila N. Loleh, dan Teuku G. Aqsa. Seminar dimulai dengan sambutan pertama dari Koordinator P8 yang mengatakan bahwa terorisme adalah ancaman nyata terhadap individu, kelompok, masyarakat, dan pemerintah dalam segala aspek ekonomi, politik, dan lain-lain. Dari seminar tersebut dapat kita ketahui bahwa pelaku terorisme saat ini sudah mampu menyamar dengan baik dan yang tidak dapat kita prediksi. Pelaku teror yang di lakukan pada Bom Surabaya 1 sangatlah membuat masyarakat Indonesia tidak mempercayainya karena pelaku teror tersebut merupaka sebuah keluarga yang menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Oleh karena itu, pengesahan UU Revisi Nomer 15 tahun 2003 yang sudah tertunda bertahun-tahun perlu dilakukan secepatnya. Serta perlunya melakukan tahap penyamaan sudut pandang terhadap terorisme di seluruh masyarakat.

Hidayah (2001595456)

Mahasiswa HI – Binus University

Mahasiswa HI Binus dalam Grand Community Reception Perdana Menteri India

$
0
0

Pada hari Rabu, 30 Mei 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta mahasiswa/i Universitas Bina Nusantara menghadiri acara Grand Community Reception yang mengundang Perdana Menteri dari Republik India, Narendra Modi, sebagai tamu utama. Dalam acara tersebut Beliau menyampaikan bahwa India dan Indonesia merupakan teman dekat yang sudah berkerja sama sejak lama, dan kehadiran beliau di Indonesia untuk lebih mempererat hubungan dengan Indonesia dan menjalin lebih banyak kerja sama dalam berbagai bidang.

Hidayah (2001595456)

Mahasiswa HI – Binus University

Kontroversi Kebijakan Donald Trump Sepanjang 2017

$
0
0

Pada awal tahun 2018, salah satu acara dari BINUS TV yaitu “Rumah Demokrasi” telah mengundang satu dosen dari jurusan Hubungan Internasional yaitu Bapak Dr. Lili Yulyadi B,IRK., B.HSc., M.HSc dalam tema “Kontroversi Kebijakan Donal Trump Sepanjang Tahun 2017” acara tersebut di pandul oleh Trisna Pandawa. Pandangan Dr. Lili terkait kebijakan presiden Amerika Serikat tersebut dapat disimak dalam video berikut:

Dosen HI BINUS dalam Forum Group Discussion Bapennas Terkait Sustainable Development Goals (SDGs)

$
0
0

Pada hari Jumat 20 April 2018 salah satu dosen Hubungan Internasional BINUS University yaitu Rangga Aditya S.sos., M.Si. memperoleh undangan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapennas) Republik Indonesia sebagai perwakilan akademisi dalam Forum Group Discussion (FGD) yang bertujuan merumuskan rekomendasi untuk multistage holder Bapennas dan GIZ (Germany). Acara ini diselenggarakan di Hotel Morrissey dan dimulai dengan penyusunan roadmap dan aksi daerah. Dalam FGD ini juga dibahas mengenai pencapaian SDGs  goal 17 pada bidang kerjasama pembangunan internasional serta pembuatan rencana aksi nasional dalam pencapaian SDGs pada tahun 2030.

 

Sabila Nurjanah Loleh – 2001594402

Mahasiswa HI Binus

Understanding US Decision about Embassy Relocation to Jerusalem from Indonesia’s Perspective

$
0
0

Pada hari selasa 3 Juli 2018 Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) – Chapter Binus, di bawah naungan Universitas Bina Nusantara Jakarta Prodi Hubungan Internasional,  mengadakan kuliah tamu bertema  “Understanding US Decision about Embassy Relocation to Jerusalem from Indonesia’s Perspective”, yang bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri RI – Direktorat Timur Tengah. Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Sub. Divisi I Direktorat Timur Tengah, Bapak Nanda Avalist, M.Si, sebagai pembicara.  Pihak Universitas Bina Nusantara menyambut baik beserta para dosen yang diwakili oleh Tia Mariatul Kibtiah, S.Ag, M.Si, Pengamat Timur Tengah dan juga sebagai Dosen Kajian Timur Tengah dan Afrika Universitas Bina Nusantara, Dr. Lili Yulyadi, Ph.D, Pengamat dan Dosen kajian Amerika Universitas Bina Nusantara.

Acara dibuka dengan sambutan oleh Dr, Lilli Yulyadi, dilanjutkan sambutan oleh ketua FPCI Chapter Binus, Willy Dwira Yudha, kemudian dilanjutkan dengan kuliah tamu oleh Bapak Nanda Avalist yang dipandu oleh Ibu Tia M. Kibtiah sebagai moderator. Pada kesempatan itu, Bapak Nanda Avalist menyampaikan latar belakang dari isu di Palestina-Israel yang telah berlangsung lama. Beliau juga menyampaikan bahwa isu ini memiliki “domestic effects” ke semua negara termasuk Indonesia. Dalam kebijakan luar negeri Indonesia, pemahaman yang diterapkan hanya berkisar pada memahami konflik tersebut tanpa ikut campur.  Beliau juga menekankan bahwa pendirian Israel modern dilaksanakan oleh dan melalui aktor dan mekanisme kolonialisme dan imperialisme.  Di sisi lain beliau mengatakan bahwa peran PBB terhadap isu ini menjadi andil penting dalam terwujudnya perdamaian di kawasan dengan dikeluarkannya beberapa resolusi dari DK-PBB.

Politik Luar Negeri Indonesia memahami isu ini sebagai alasan rasional untuk tetap tidak mengakui negara Israel selama Palestina belum memperoleh kemerdekaan. Perpindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem bertolak belakang  karena mengakui Yerusalem sebagai zona Internasional yang telah disepakati oleh PBB. Bagi Indonesia, ini adalah isu yang mendesak karena yang ingin dirundingkan tinggal kurang dari 10% dari wilayah asli Palestina. Di sela-sela perundingan ini Israel tetap melakukan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah yang bukan mejadi bagiannya. Di sisi lain beberapa isu seperti pembuatan “road block” oleh Israel berdampak menyulitkan jalur mobilisasi perdagangan antara Palestina dan Israel. Jika Indonesia membuka hubungan diplomasi dengan Israel, maka Israel akan mendapatkan apa yang diinginkan tetapi sebaliknya, Palestina tidak mendapatkan hak mereka untuk merdeka. Indonesia melihat bahwa terlalu banyak alasan yang tidak jelas dan ketidakjujuran dalam isu ini. Batasan yang dianggap tidak jelas seperti isu etnis dan agama membuat konflik ini semakin kompleks.

Seminar ini kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beberapa mahasiswa maupun dosen tampak antusias dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis dalam sesi ini. Beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan posisi Indonesia dalam melihat Yerusalem sebagai ibu kota Palestina atau bukan, dampak dari intervensi PBB terhadap konflik, bagaimana peranan Kementerian Luar Negeri dalam membentuk pemahaman masyarakat Indonesia terhadap konflik Israel-Palestina, dan juga beberapa pertanyaan menarik lainnya. Beberapa jawaban yang dilontarkan Bapak Nanda Avalist tentang peran dan posisi Indonesia adalah bukan sebagai mediator. Beliau memperjelas bahwa Indonesia hanya ingin membantu Palestina dalam menyongsong kemerdekaannya sesuai dengan alinea pertama UUD RI.

Dalam pernyataan penutupnya, Beliau menyampaikan bahwa kemerdekaan dimulai dari akurasi untuk menggambarkan siapa yang menindas dan siapa yang ditindas. Hal ini menyebabkan adanya suatu akumulasi masalah yang menampilkan realitas, sehingga kedua pihak harus bersatu jika ingin benar-benar meyelesaikan masalah. Jika niat kedua pihak sama, yaitu untuk mencapai kebenaran maka beliau meyakini bahwa akan ada jalan keluar bagi penyelesaian konflik tersebut. Namun jika satu pihak pro terhadap kemerdekaan dan pihak lainnya pro terhadap penindasan, maka konflik ini akan terus berlanjut dan tidak dapat diselesaikan.

 

Wendsney Arviany Sadi-2001593551

Mahasiswa HI BINUS

 


Kemandirian di Bidang Pertahanan: Sebuah Misi Yang Tidak Mungkin Bagi Indonesia?

$
0
0

Kemandirian di bidang pertahanan merupakan hal yang penting bagi Indonesia, mengingat banyaknya ragam bentuk ancaman keamanan seperti terorisme, pembajakan, dan penyelundupan narkoba. Indonesia menargetkan bisa memproduksi peralatan militernya sendiri pada tahun 2029. Dalam rangka mencapai target tersebut Indonesia telah membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang bertugas mewujudkan kemandirian industri pertahanan. Komite telah merumuskan rencana pokok pembangunan industri pertahanan sampai 2029. Enam tahun lalu, pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan untuk mendukung rencana tersebut. Namun hingga kini industri pertahanan Indonesia tetap stagnan. Dosen Hubungan Internasional BINUS University, Tangguh Chairil, S.Sos., M.Si.(Han), sebagai pengamat isu keamanan dan militer memberikan analisisnya terkait kondisi, tantangan dan solusi untuk mengembangkan industri pertahanan yang mandiri. Analisis tersebut dapat dibaca secara lengkap melalui tautan berikut:

https://theconversation.com/kemandirian-di-bidang-pertahanan-sebuah-misi-yang-tidak-mungkin-bagi-indonesia-99300

Should Indonesia Continue KFX/IFX Program?

$
0
0

Curie Maharani is the Coordinator for the Defense Transformation Program at P8 (a newly founded defense think-tank) and Lecturer in International Relations Department BINUS University

Pembangunan Kota dan Ekonomi Politik Perdagangan: Perspektif Dari DKI Jakarta

$
0
0

Pada hari Rabu tanggal 4 Juli 2018, Departmen Hubungan Internasional BINUS University kembali mengadakan International Relations Lecture Series (IRLS). IRLS yang diadakan di penghujung semester genap 2017-2018 ini menghadirkan Patrya Pratama yang merupakan Senior Policy Analyst dari Tim Gubernur DKI Jakarta. Tema yang diangkat dalam IRLS kali ini adalah: “Pembangungan Kota dan Ekonomi Politik Perdagangan: Perspektif Dari DKI Jakarta.” IRLS ini dihadiri oleh mahasiswa HI BINUS University dari streaming trade and diplomacy, Prof. Dr. Tirta Mursitama, PhD selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional dan para dosen.

Menurut Patrya Pratama, pembangunan kota merupakan hal yang strategis dalam perdagangan internasional. Secara demografis, kota adalah tempat dimana sebagian besar penduduk dunia tinggal. Oleh karena itu, peran pemerintah kota, gubernur dan infrastrukturnya menjadi penting bagi  sebuah negara yang berambisi untuk sukses dalam perdagangan internasional. Terlebih bagi Indonesia yang memiliki kebijakan desentralisasi. Ketimpangan sosial dan kualitas sumber daya manusia merupakan dua karakteristik dari sebuah kota yang dapat mempengaruhi keunggulan komparatif sebuah negara di dalam perdagangan internasional. Untuk mendukung negara mencapai keunggulan komparatif dalam perdagangan internasional, pemerintah kota hendaknya memaksimalkan kebijakan desentralisasi untuk menciptakan kemudahan berbisnis; meningkatkan kuantitas sumber daya manusia yang berkualitas; serta mendorong inovasi dan penggunaan teknologi.

Visitasi Akreditasi Jurusan Hubungan Internasional oleh Tim Assesor BAN-PT 2018

$
0
0

Pada tanggal 2-3 Juli 2018, Departemen Hubungan Internasional BINUS University menyambut kedatangan tim asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dalam rangka penilaian lapangan atau visitasi akreditasi program studi HI Binus. Tim asesor BAN-PT terdiri dari Dr. H. R. Dudy Heryadi, M.Si. dari Universitas Padjadjaran dan Dr. Suranto, M.Pol. dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Visitasi ini merupakan tahapan validasi dan verifikasi selanjutnya dari pengkajian terhadap borang yang telah disampaikan oleh Departemen HI Binus kepada BAN-PT.

Dari pihak Binus, visitasi ini dihadiri oleh Bapak Iman Herwidiana Kartowisastro, Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik, Ibu Nelly, S.Kom., MM selaku Wakil Rektor Bidang Operasi dan Sumber Daya Akademik, Dr. Dra. Ienneke Indra Dewi, S.Th, M.Hum selaku Manajer Quality Management Center (QMC), Dr. Drs. Johannes A. A. Rumeser, M.Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Humaniora, Prof. Tirta Nugraha Mursitama, S.Sos., MM., Ph.D selaku Kepala Departemen Hubungan Internasional, perwakilan dari tiap-tiap departemen di Fakultas Humaniora lainnya, serta para dosen, alumni dan mahasiswa HI. 

Departemen Hubungan Internasional mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dan memberikan dukungan dalam pelaksanaan acara ini. Visitasi ini diharapkan dapat menjadi bentuk sistem penjaminan mutu eksternal terhadap program studi Hubungan Internasional BINUS University.

Brexit as an Opportunity to Enhance UK – Indonesia Cooperation in Higher Education

$
0
0

Pada tanggal 4-5 Juli 2018 dosen Hubungan Internasional BINUS University, Paramitaningrum, mengikuti Konferensi Tahunan Taiwan Association of Southeast Studies (TASEAS) 2018, yang diadakan di National Taitung University, Taitung City, Taiwan.

Konferensi yang bertemakan Boundary Construction and Crossing: Monsoon Asia’s Societies, Cultures and Ethnicities ini diikuti oleh sekitar 100 orang peserta, yang meliputi akademisi, mahasiswa local dan asing yang menggeluti Kawasan Asia Tenggara dari berbagai disiplin. Pada konferensi tahun ini, salah satu tamu kehormatan dan pembicara kunci adalah Dr. Ir. Agus Indarjo, Sekretaris Direktur Jenderal Urusan Kelembagaan bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknology dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Dr. Agus juga menjabat sebagai Rektor Universitas Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Paramitaningrum sendiri menyampaikan presentasi makalahnya yang berjudul, Brexit as an Opportunity to Enhance UK – Indonesia Cooperation in Higher Education: Case of Binus Northumbria Schoolof Design  (BNSD). Fenomena Brexit (British Exit – Keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa) bisa menjadi momentum bagi Inggris untuk mencari peluang atau memperkuat kerjasama internasional dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, di berbagai bidang. Disini BNSD bisa dianggap model kerjasama Pendidikan internasional, karena mengikuti trend kerjasama international di sektor pendidikan tinggi dan mengakomodasi minat generasi muda untuk mengikuti pendidikan tinggi berstandar internasional dan kepentingan ekonomi.

Viewing all 406 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>